POKOK Menerung tumbuh dalam air di tebing sungai, kolam, bendang dan tempat-tempat berair yang kondusif seperti itu. Ia tumbuh melayut tinggi tanpa dahan, ranting atau daun kecuali sejambak kecil bunga menghiasi cotek puncaknya. Fitrah SiMenerung ini tamsil kehidupan yang rapuh, karena batangnya tidak tahan melawan rempuhan dan terjahan keras angin atau haiwan. Batangnya mudah patah umpama kangkong melecur kena goreng. Akan tetapi ia ada satu kelebihan untuk dibuat tali apabila dijemur dan disiat-siatkan.
Kenapa
hina sangat kalau ikut peribadi Si Menerung ini? Dia tidak hina di sisi Allah
swt, karena itu ciptaanNya. Kita manusia tidak bisa ikut resminya justeru
ditakuti merana badan lantaran kurang profit dalam kehidupan. Sebab apa rugi
dan tidak ada laba? Karena bunganya sejemput dan dedaunnya tiada. Warna
bungapun serupa macam warna daun = hijau saja tak ada tarikan langsung. Lantas
kenapa dan mengapa dihubungkan dengan kehidupan manusia agar tidak meniru
fiilnya?
Cuba
perhatikan dan tilik dengan pandangan yang sempurna – kenapa manusia
mensia-siakan UMUR PERTAMA? Seorang manusia
bisa mencapai usia enam puluhan, selepas itu umur bonus. Ini adalah umur semasa
kita mendiami dunia dengan jangka hayat yang dipinjamkan oleh Allah swt. Kemudian ia akan diberi notis oleh Pencipta
untuk kembali mengadap dengan segala amalan yang sempat dibuat. Pada saat itu
nilai ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt tidak ternilai segunung emas,
USD langsung tak berguna. Ramai orang tidak sedar bahawa umur pertama adalah
sangat penting untuk digunakan sebaik mungkin untuk menghasilkan UMUR KEDUA
yang cemerlang. Kehidupan yang main-main seperti ini laksana kehidupan Sang
Menerung karena sepanjang jangka hayatnya ia tidak produktif – berbatang kurus
dan berbunga secoet. Apa itu umur kedua? Kenapa umur kedua sangat penting? Manusia
bijaksana akan menggunakan umur pertama semaksimum untuk menyemai bibit benih
pahala yang akan bersemi sepanjang zaman sehingga hari kiamat, selepas mati. Perkara inilah yang dititik beratkan oleh para alim dan cedekiawan silam
untuk beramal salih dan amar makruf nahi mungkar. Mereka belajar dan mengajar;
menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan sepanjang zaman. Alangkah banyaknya
pahala mengalir deras ke dalam akaun akhirat mereka lantaran kerja salih yang
disumbangkan dengan umur pertama yang terhad itu. Sedangkan kita berhibur dan
berlibur mencucuh usia sehingga terbakar rentung tanpa mendatangkan hasilan
yang bisa digunakan di akhirat. Cermatilah bahawa umur kedua sangat panjang.
Sepatutnya kita menerima dividen yang berbaloi tetapi
melepaskan peluang keemasan itu tanpa merasa kesal. Kalau begitulah cara hidup
kita, samalah seperti pokok al-Menerung yang lembik itu!
Ayuh
fikirin! Jangan termenung kosong macam ikan termenung menunggu untuk
digoreng....
Wallahu’alam.
26
Disember 2011
0 comments:
Post a Comment