Jejak-jejak Di Pantai Zaman

~The Footprints of Time~

DUNIA = SAYAP LALAT LALAT LALAT LALAT LALAT!


SaYaP LaLaT adalah senipis membran @ tisu yang lutsinar. Ia digunakan lalat untuk terbang mencari rezeki dan membuat kerja-kerja Syarikat Alam Flora dan Indahwater yang ditetapkan Allah selama hayatnya yang pendek kurang lebih 20 hingga 30 hari. Dalam tempoh itu Sang LaLaT ini bisa beranak ribuan anak-anak lalat untuk memikul taklif yang ditetapkan oleh Allah swt tanpa protes.

Kalau hendak dihitung, tentu saja bilangan populasi lalat sedunia mungkin mencapai angka ribuan juta. Mereka istiqamah dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan, supaya alam  ini harmonis dan layak diduduki manusia serta haiwan lain. Tahukah anda nilai dunia ini di sisi Allah? Anda mungkin terkedu jika dikhabarkan bahawa …”jika dunia ini setara nilainya dengan sebelah sayap@kepak LaLaT, sudah pasti Allah tidak akan memberi air walaupun hanya setitis  untuk diminum kepada orang-orang kafir…” Hadith.
Orang-orang yang kufur, pagan, atheis, politheist, komunis, sosialis, liberalis dan bermacam lagi nama yang pelik, semuanya sangat bertuah karena dapat tumpang sekaki kenikmatan yang disediakan kepada orang-orang beriman.  Dunia ini belum lagi kiamat lantaran masih ada ruh Islam, manusia beriman, orang-orang tua, kanak-kanak dan bayi, haiwan serta tumbuh-tumbuhan yang menimbulkan belas kasihan Allah swt.  

Ramai manusia telah mencampakkan deen@agamanya ke dalam tong sampah karena berpendapat bahawa tanpa agama dan Tuhan mereka masih boleh hidup  selesa. Ukuran keselesaan dan kesenangan hidup sebagai bukti manusia tidak perlu kepada Tuhan adalah hujah yang lemah dan salah. Karena bukan saja orang miskin materi sempit kehidupannya, malah orang kaya raya pun tersepit dan dihimpit oleh kesedihan dan kepedihan hidup justeru hati sentiasa gundah; jiwa terus resah; minda lagi serabut tidak tenang tanpa diketahui sebab musababnya. Manusia, kalau tidak kenal diri, tidak akan kenal Penciptanya. Apabila tidak kenal Penciptanya  manusia akan berkata dengan yakin bahawa semua makhluk  dan benda terjadi sendiri, macam fahaman para saintis yang mengaku pandai termasuklah Darwin yang sesat itu.  Hanya manusia berani berkata demikian, satu ucapan yang menolak kedaulatan Allah swt.  Akan tetapi kalau ditanya pada tikus, cicak dan mengkarung, siapakah yang menjadikan mereka? Tentu mereka tidak seberani manusia dengan memberi jawaban ‘aku terjadi sendiri’. Seandainya sang tikus, sang cicak dan sang mengkarung berani berkata demikian, bayangkanlah spesis tikus, cicak & mengkarung ternyata sangat berkuasa ke atas diri sendiri. Bukan setakat itu saja, malah sang katak, kodok, lipan dan sekalian vertebra dan invertebra akan pulun ketawa karena terlalu kelakar mendengar jawaban yang sangat palsu. Namun manusia yang tidak tahu malu, buat nehin @ sadin  saja macam dia masih benar. Setiap hari mereka melantak rezeki Allah dan terus terusan bermaksiat terhadapNya. Namun Allah tetap curah dan hamburkan rezeki kepada mereka karena … dunia ini tidak bernilai langsung, kendatipun sebelah sayap Sang LaLaT yang hina dina.

Justeru, wahai pembaca budiman sekalian, umur yang panjang janganlah pula disia-siakan panjangnya. Biarpun umur pendek, tidaklah pula panjang sia-sianya!!!

Selamat bermuhasabah dan taqarrub ilallah.

Qalamunir
31 Disember 2011




JANGAN JADI MACAM POKOK MENERUNG

 
POKOK Menerung tumbuh dalam air di tebing sungai, kolam, bendang dan tempat-tempat berair yang kondusif seperti itu. Ia tumbuh melayut tinggi tanpa dahan, ranting atau daun kecuali sejambak kecil bunga menghiasi cotek puncaknya. Fitrah SiMenerung ini tamsil kehidupan yang rapuh, karena batangnya tidak tahan melawan rempuhan dan terjahan keras angin atau haiwan. Batangnya mudah patah umpama kangkong melecur kena goreng. Akan tetapi ia ada satu kelebihan untuk dibuat tali apabila dijemur dan disiat-siatkan.
                
Kenapa hina sangat kalau ikut peribadi Si Menerung ini? Dia tidak hina di sisi Allah swt, karena itu ciptaanNya. Kita manusia tidak bisa ikut resminya justeru ditakuti merana badan lantaran kurang profit dalam kehidupan. Sebab apa rugi dan tidak ada laba? Karena bunganya sejemput dan dedaunnya tiada. Warna bungapun serupa macam warna daun = hijau saja tak ada tarikan langsung. Lantas kenapa dan mengapa dihubungkan dengan kehidupan manusia agar tidak meniru fiilnya?   

Cuba perhatikan dan tilik dengan pandangan yang sempurna – kenapa manusia mensia-siakan UMUR PERTAMA?  Seorang manusia bisa mencapai usia enam puluhan, selepas itu umur bonus. Ini adalah umur semasa kita mendiami dunia dengan jangka hayat yang dipinjamkan oleh Allah swt.  Kemudian ia akan diberi notis oleh Pencipta untuk kembali mengadap dengan segala amalan yang sempat dibuat. Pada saat itu nilai ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt tidak ternilai segunung emas, USD langsung tak berguna. Ramai orang tidak sedar bahawa umur pertama adalah sangat penting untuk digunakan sebaik mungkin untuk menghasilkan UMUR KEDUA yang cemerlang. Kehidupan yang main-main seperti ini laksana kehidupan Sang Menerung karena sepanjang jangka hayatnya ia tidak produktif – berbatang kurus dan berbunga secoet. Apa itu umur kedua? Kenapa umur kedua sangat penting? Manusia bijaksana akan menggunakan umur pertama semaksimum untuk menyemai bibit benih pahala yang akan bersemi sepanjang zaman sehingga hari kiamat, selepas mati. Perkara inilah yang dititik beratkan oleh para alim dan cedekiawan silam untuk beramal salih dan amar makruf nahi mungkar. Mereka belajar dan mengajar; menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan sepanjang zaman. Alangkah banyaknya pahala mengalir deras ke dalam akaun akhirat mereka lantaran kerja salih yang disumbangkan dengan umur pertama yang terhad itu. Sedangkan kita berhibur dan berlibur mencucuh usia sehingga terbakar rentung tanpa mendatangkan hasilan yang bisa digunakan di akhirat. Cermatilah bahawa umur kedua sangat panjang. Sepatutnya kita menerima dividen yang berbaloi tetapi melepaskan peluang keemasan itu tanpa merasa kesal. Kalau begitulah cara hidup kita, samalah seperti pokok al-Menerung yang lembik itu!

Ayuh fikirin! Jangan termenung kosong macam ikan termenung menunggu untuk digoreng....

Wallahu’alam.
26 Disember 2011